Sunday, April 19, 2015

Jangan Dibeli!! Produk DN Keterlaluan Mahalnya...

Astaghfirullah..... Ampunkan semua segala kesalahan yang hamba buat ya Allah yang Maha Besar. Saat ini terjadi terbilang beberapa tahun yang lalu, sungguh pedih rasanya. Lama berselang, saat teringat masih saja hati terasa sangat pedih. Hanya Istighfar saja yang mampu menenangkan dan membuat saya tetap tegak mengangkat kepala sambil terus berusaha konsisten bikin kue.

Secara tidak sengaja, kesenangan saya memasak dan membuat kue ini saya dapatkan dari jadwal mingguan saya sowan ke Dalem Sleko, rumah nenek saya. Bapak saya adalah satu-satunya dari kelima putra beliau yang tinggal di Madiun. Otomatis saya dan adik-adik saya adalah cucu yang paling sering mengunjungi beliau. Kebetulan karena saya satu-satunya cucu perempuan dan selalu excited kalau diajak membantu beliau melakukan hobinya. Baik itu bikin kue, memasak ataupun merajut. Unuk menjahit saya angkat tangan deh. Memasak dan membuat kue inilah yang akhirnya saya juga gemari bahkan sampai sekarang setelah saya dewasa.

Kuliah dan pindah ke Jogja, saya ndherek di rumahnya Oom Fuad, adik Bapak yang termuda. Istri beliau, Tante Andri adalah orang yang menyenangkan. Suatu hari di bulan Ramadhan, Tante memberanikan diri untuk menerima pesanan kue kering dan proses pembuatannya dibantu oleh saya dan sepupu-sepupu saya. Sistem kejar tayang tetap tidak mengurangi kesenangan kami membuat kue. Setelah saya tinggalkan untuk bekerja di Kalimantan Selatan (Martapura), alhamdulillah rintisan Tante semakin berkembang.

Memulai usaha kue ini ternyata telah menjadi penyelamat hidup keluarga kecil kami. Dari situ dan karena suami yang kena PHK, saya memutuskan untuk lebih serius lagi berproduksi dan menjual kue maupun masakan yang saya buat. Meskipun sebenarnya saya sudah memulai ini sejak Asma baru lahir pada 2012 yang lalu. Asma yang punya jadwal cukup tertib membuat saya 'kurang kerjaan' kalau dia sendang terlelap.

Satu hal yang saya pegang betul sebagai seorang penjual kue, saya tidak akan menjual sesuatu yang saya sendiri tidak mau memakannya. Artinya, saya hanya menggunakan bahan-bahan yang halal dan baik untuk setiap tahap produksi kue saya. Tidak jarang, bahan-bahan ini harus dibeli dari tempat yang jauh (Banjarmasin, Banjarbaru bahkan Jakarta) hanya sekedar untuk mengejar label halal. Ini pula yang membuat hampir semua kue saya harganya di atas rata-rata harga di Pelaihari.

Masalah harga ini yang selalu membuat saya bingung karena di sini semua sungguh sangat murah, bahkan seperti diluar nalar saya. Misal kue ukuran 22cm siram cokelat full bisa dijual seharga Rp. 75.000 - Rp. 100.000 padahal saya pakai butter cream saja tidak mampu menjual lebih rendah dari Rp.. 200.000. Mungkin ketidaksesuaian harga ini pula yang membuat usaha saya kurang cepat berkembang. Ataukah saya membidik pasar yang kurang tepat, mengingat beberapa penjual dengan harga hampir sama dengan saya tetap ada pelanggannya.

Tentang harga ini saya serbasalah bahkan serbasakit. Bagaimana tidak, sebagai contoh ada sebuah perusahaan yang telah menjadi pelanggan, suatu kali dari frekuensi order yang memang tidak terlalu tinggi mendadak menjadi hampir hilang sama sekali. Rupanya, ada pihak yang bersengaja menjegal orderan saya, bahkan mendatangi atasan department pemesan kue untuk membatalkan pesanannya pada saya dengan alasan mahal.

Sayapun pernah menyaksikannya sendiri lho betapa oknum ini sangat membenci saya dan produk saya sehingga melakukan pemaksaan di depan mata saya supaya pesanan dibatalkan. Akhirnya pesanan batal dengan alasan sungkan pada si penghasut yang terlihat ngotot itu. Tidak hanya sekali, hal ini terjadi beberapa kali, bahkan pernah pada order yang sudah final dan dilakukan pembelanjaan. Syukurnya proses mencicil pembuatan belun dilakukan sehingga saya terhindar dari kerugian yang cukup besar. Astaghfirullah, semoga saya dijauhkan dari su'udzan, lebih-lebih kepada ketentuan Allah SWT.

Sampai dengan tulisan ini dibuat saya masih sangat sakit hati meskipun saya yakin rizki tidak akan tertukar. Pesanan dari perusahaan tersebut alhamdulillah tetap ada. Konon dari beberapa yang memesan mengatakan hal yang serupa bahwa mereka dicemberuti oleh si oknum itu, bahkan dia sampai tidak mau memakan kuenya.

Dikatakan mahal di depan mata tentu sudah sering saya alami karena memang kue-kue saya berharga di atas rata-rata. Namun menyaksikan orang menghasut supaya tidak membeli kue di tempat saya tentu tak terhingga sedih dan marahnya bukan??

Bagaimanapun, saya bertekad untuk terus berupaya yang terbaik karena hasilnya pasti akan sejalan dengan upaya yang dicurahkan. Jika tidak sekarang, saya yakin suatu hari nanti pasti akan terjadi.

***




Pempek Kuah Ala Bangka

Ini resep sebenarnya diikutsertakan dalam event #Homemade di laman dapurmasak pada 2014 yang lalu. Kebetulan buka blog dan baru sadar bahwa ternyata banner dah dipasang tapi resepnya gak ditulis (*tutupmukapakeserbet).

Saya adalah penyuka makanan yang asem seger semacam asinan, pempek, otak-otak, somay, bakso, batagor.... (itu sih segala dilahap!!!) Naah, pempek Bangka adalah salah satu yang cukup menyita perhatian pada saat event tersebut berlangsung. Namun sayangnya, untuk mencicipinya tentu perlu effort besar termasuk beli tiket dan menyiapkan dana sewa kamar hotel di Bangka yang pasti tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Hehehehe.....
Jeruk Kunci, foto dipinjam dari sini

Akhirnya, bikin sendiri adalah solusinya. Untuk kuah saya sempat kebingungan karena ada satu bahan di dalamnya yaitu jeruk kunci (limau, lemon cui). Ini jeruk adalah kunci dari kuah si pempek yang konon membuatnya khas. Di Kalimantan Selatan, jeruk jenis ini biasa dikenal sebagai limau dan umumnya dijadikan campuran untuk sambal terasi atau teman makan Soto Banjar. Rasanya unik, sangat kecut dengan sedikit rasa manis yang tipiiiissss sekali. Konon di Bangka ini jeruk dijadikan minuman juga.

Pempek Bangka umumnya memiliki 3 (tiga) pilihan saus yakni kuah cabe, kuah belacan (terasi) dan kuah tauco. Dan yang juga khas, pempeknya tidak digoreng seperti lazimnya pempek Palembang yang digoreng kering setelah direbus.

Baiklah, ini resep yang saya post di dapurmasak, resep pempeknya sendiri saya ambil dari NCC. Sedangkan yang saya bagi kali ini adalah kuah cabe hasil racikan sendiri.


Pempek Kuah Ala Bangka
Pempek resep NCC
Kuah resep Afifah

Bahan Pempek :
600 gr Daging Ikan Tengiri
400 gr Sagu Tani
30 gr Tepung Terigu
400 cc Air
Garam Secukupnya
Air untuk merebus Secukupnya
Minyak Goreng untuk merebus Secukupnya

Bahan Kuah Cabai:
3 buah Cabe Merah (boleh menggunakan cabe kriting atau ditambah cabe rawit jika suka pedas)
3 siung Bawang Putih
200 cc Air
300 cc Air
3 sdm Gula Pasir
1 sdt Garam
6 - 7 buah Limau Cui

Cara Membuat :

  1. Pempek. Haluskan daging ikan tengiri, campur dengan garam, aduk rata. Tambahkan air (400 cc). Masukkan tepung terigu dan tepung sagu. Aduk rata, bentuk sesuai selera.
  2. Panaskan air untuk merebus, tambahkan sedikit minyak goreng supaya pempek tidak lengket saat direbus. Boleh tambahkan garam ke dalam air rebusan. Masukkan pempek yang sudah dibentuk, rebus sampai mengapung dan matang (15 menit). Tiriskan. 
  3. Kuah Bangka. Rebus bawang putih dan cabai merah dengan 200 cc air sampai empuk (10 menit). Tiriskan, haluskan dengan cobek atau dengan blender.
  4. Rebus cabe halus bersama 300 cc air sampai mendidih, masukkan gula dan garam, biarkan susut sedikit. Angkat dari api, Setelah hangat tambahkan air perasan limau cui. Siap dihidangkan.
W1siziisijiwmtuvmdivmtmvmdmvmjevndyvodc2lzdjowniowq2zdfkmjgxowfhmtiylmpwzyjdlfsiccisimnvbnzlcnqilcityxv0by1vcmllbnqgil0swyjwiiwidgh1bwiilci3odb4il1d?sha=8d54c2fa







Monday, April 6, 2015

Bajajalanan Ka Jakarta (Part 2)

Yaaakkk, setelah menunggu sekian lama, akhirnya yang Part 2 muncul juga. Part 1 boleh dibaca disini. Sebenarnya acara ke Jakarta ini pengennya kami tidak sekedar untuk kondangan aja, tapi juga pengen sambil bawa Asma jalan-jalan. Pada akhirnya satupun tidak tercapai. Mood yang sumpek adalah yang paling patut dipersalahkan selain juga dompet yang lagi cekak. hihihihihi.....

Nampaknya memang harus diatur kembali kapan ada kelonggaran untuk bisa jalan-jalan beneran ke sana atau juga ke tempat lain.

Meski begitu, tetep ya yang ini perjalanannya menyenangkan. Terutama buat Asma karena dia bisa ketemu sepupunya si Alifta, putri dari adiknya Mas Khalid. Awalnya si Asma dan Alifta rada malu-malu, eh terus jadi malu-maluin. Hahahahah..... Mainan sepeti dikeluarin semua dan seperti yang sudah-sudah, males makan.



Sampai saat ini GTM masih membuat saya pusing. Terutama saat sedang dalam perjalanan begini. Soal makan ini sempat saya dibuat malu. Sejak dari Banjarmasin kami sudah mencoba menyuapinya, Alhamdulillah berhasil. Selama di pesawat sudah minum susu dan makan biskuit dalam jumlah yang lumayan. Biasanya kalo sudah begitu dia akan malas makan. Panjangnya perjalanan yang ditempuh dari Soetta ke Lenteng Agung membuat si genduk bosan. Akhirnya, di tengah tol dia minta makan. Mengeluh lapar padahal di tangannya masih tergenggam biskuit dan masih sambil makan. Pak sopir sampai menawarkan untuk keluar tol dulu dan makan. Malunyaaaaa...... Sampai di Lenteng Agung, boro-boro makan, lha disuruh nyusu aja males. Anakku, sungguh engkau sangat membingungkan. Akhirnya, di antara perjalanan, saya selalu membekal kotak makan yang juga tetap tidak disentuhnya padahal dia juga selalu mengeluh minta makan. Oohh sungguh perjalanan yang sangat aneh.

Kembali ke kunjungan ke rumah Alifta, kami sampai di Jakarta tanggal 13 Feb 2015 malam sekali dan akhirnya harus menggeser jadwal ke rumah Alifta ke keesokan harinya. Mempertimbangkan jarak yang ternyata setelah dijalani dengan rute yang benar, sangaaaattt dekat. Tanggal 14 Feb 2015 pagi kami berangkat, setelah koordinasi, okelah kami berangkat ke Gunung Putri karena alamatnya begitu. Eee lhadalah, ternyata salah jalan karena jadi harus jauuuuhhhh. Semestinya ternyata kami masuk ke Bojong Kulur lewat Bumi Perkemahan Cibubur saja. Yang baru kami ketahui setelah pulang dari sana.

Agak ribet karena mobil yang kami pakai sedianya adalah salah satu dari beberapa unit yang digunakan untuk antar jemput. Jadi kunjungan pertama ini sukses 10 menit dan langsung balik lagi ke Lenteng. Itupun penuh dengan telepon heboh karena mobil harus sudah kembali sesudah makan siang. Jadi agak jengkel sih karena waktu  habis di jalan, thanks to ancer-ancer yang blur dan sukses membuat kami nyasar sampe jauuuuuuuhhhhhh buanget. Ternyata Bogor dengan kecamatan Gunung Putri nya ini sungguh amat luasnya.

Di Golden Truly, Ibu sibuk beli blush on anak sibuk ngurus tasnya
Sampai lagi di Lenteng Agung, kami lanjut boyongan ke Hotel Santika - Depok, tempatnya satu lokasi dengan Golden Truly. Kami menginap semalam di sana sebelum lanjut pagi tanggal 15 Feb 2015 kondangan.  Selama nginap di sana pelayanannya seperti biasa ok. Dan hotel ini cukup memberi rasa aman pada tamunya. Hanya satu hal yang agak mengecewakan, access card yang saya dapat dari hotel tidak berfungsi dengan baik bahkan saya minta ganti sampai dua kali. Padahal tiap kartu disetting hanya bisa digunakan untuk lantai tempat kamar saja. So, kita gak bisa seenaknya naik turun. Penggantian access card yang ke dua ini yang agak dramatis. Saya dengan belanjaan yang cukup banyak (berisi makan malam, cemilan, air mineral dan sebagainya) dan saya tenteng sendiri, terjebak tidak bisa naik ke lantai kamar saya. Akses yang terbuka untuk umum adalah lobi dan gym. Saya pikir kartu saya ok, karena sebelumnya sudah diganti oleh resepsionis. Lha ternyata gak berfungsi lagi. Akhirnya saya terjebak di Gym, syukurnya ada telpon yang bisa digunakan dan saya langsung menghubungi resepsionis. Diluar insiden kartu sih lumayan lah nginep di Santika ini.
Wajah Bete Karena Pengen Liat Ikan

Kelar kondangan, siangnya kami langsung kembali ke rumah Alifta. Kali ini keluar di Bumi Perkemahan CIbubur dong, dan gak kesasar lagi. Bermainlah si Asma dan Si Alifta. Tapi dasar capek, demam lah Asma malamnya. Sudah dicoba minum parasetamol tapi tidak juga turun. Hadooohhh, berasa mau ke IGD tapi kok ya gak terlalu tinggi. Ya sudah ditahan sampai besok pagi, karena kami langsung balik ke Banjarmasin tanggal 16 Feb 2015 pagi.

Dengan kondisinya, kami masih bisa tenang karena dia paginya tumben mau makan banyak. Minta minum susu. Pas di taksi mau ke terminal Cileungsi tiba-tiba dia gelisah. Minta peluk, minta bobo, guling-guling kesana kemari akhirnya muntah. Slamet pas sudah siap tas kresek, jadi taksi si oom gak belepotan. huuufftt.... Habis itu, tiduuuurrrr nyenyak sampe pindah ke DAMRI juga gak bangun dia. Di tengah perjalanan barulah dia bangun dan langsung minta makan. Kali ini gak malu lagi, karena emaknya bawa bontotan.

Alhamdulillah selamat sampai di tujuan. Selanjutnya jalan ke mana lagi yaaaaaa

***